Senin, 04 Juli 2016

Siak dan kutai kertanegara

Merah kuning hijau bukan lampu merah tapi  itulah warna khas melayu, di siak gak ada lampu merah, saking lenggang nya kota maka lampu merah bukan sesuatu yg wajib disini mungkin kalo dirata-rata setiap 100m hanya ada 1 mobil dan 2 motor, jangan harap mencoba berbisnis helm disini!! Jangan salah meskipun masyarakatnya masih sedikit  namun Infrastruktur di siak sudah sangat baik, jalan jalan dibuat lebar dan bersih begitu saya masuk siak seperti masuk ke area komplek perumahan elite yg tertata rapi median jalan dihiasi taman yang sangat terawat, suasana khas melayu juga terasa kental rumah2 panggung, bangunan dan ornamen-ornamen kantor pemerintahan, tulisan nama jalan yg masih menggunakan font arab gundul semua itu seolah memberitahu bahwa anda sedang di  bumi melayu siak 
Kota yang bisa ditempuh dari pekanbaru dengan jalan super luruuussss yg bikin ngantuk selama 1,5-2 jam ini mempunyai bnyak kemiripan dengan kampung halaman saya kutai kartanegara contohnya sama-sama melayu, sama-sama kerajaan, sama-sama dibelah oleh sungai besar, sama-sama terhubung oleh jembatan besar, sama-sama dekat dengan ibukota (kutai: samarinda, siak: pekanbaru), sama-sama bersih, sama-sama kabupaten kaya, dan pendapatannya sama-sama dari minyak dan sawit pada tahun 2015 kab siak berada 4 peringkat dibawah kab kukar dimana kukar sebagai kabupaten terkaya no 1 di indonesia tapi sayangnya saya pribadi menilai pembangunan di kukar masih belum terncana dengan baik, sebagai contoh jembatan siak meskipun masyarakatnya lebih sedikit namun lebar jembatan sudah diperhitungkan 4 lajur, jalan2 disiak lebar umumnya lebih dari 50meter, bangunan2 pun teratur tidak mepet kebadan jalan minimal 25-50 meter dari badan jalan dan sehingga jalan masih bisa dilebarkan lagi sedangkan di kukar jembatan hanya 2 lajur dan jalan2 nya. Kecil semoga kedepannya kukar semakin baik dan bisa mencontoh siak sebagai saudara kembarnya bukannya mau menjelekan kampung  halaman sndiri tetapi  memang kebetulan ada pembanding